Senin, 14 April 2014

sutradara, lakon utama, selangit rindu dari sebuah prahara

apa saja yang ingin kau ceritakan padaku, uraikanlah dengan panjang kali lebar yang tak bisa terjangkau oleh profesor ilmu hitang-hitung sekalipun,
apa yang hendak kau katakan padaku, sampikanlah dengan segera.....
keluarkanlah semua resah dan gelisah yang melanda,
tak kan ku biarkan kerikil- kerikil itu menyembunyikan sumringahmu,
tak kan ku diamkan ngelu-mu yang kian hari kian membiru,
dadamu yang mungkin sudah tak kuat mengendalikan rindu yang memburu,
hingga berubah menjadi gumpalan merah yang sedemikian mudah keluar dari paru- paru,
atau dari jantugmu yang sudah terlanjur terluka berdarah- darah,
kemarilah, ,
atau meskipun kau tak di dekatku pun aku akan berikhtiar seperti biasa,
Ya- Siin untukmu,
Sholawat Nabi untukmu, dan serangkai doa berbait- bait dengan seribu amin jua milikmu
tak ada kurang, masih seperti biasa,,
______________________
karena aku tahu apa itu "terluka",
karena ku paham betul, bagaimana rasanya kecewa,
sebab endah dwi mengerti, seberapa pahitnya hidup yang dipenuhi prahara,,,
dan kita ada lakon utama,
kita adalah sepasang kekasih tanpa "sutradara",
kita adalah sepenggal kisah tanpa "lembar cerita"
kita adalah selangit rindu tanpa bumi tempat berpijak
kita adalah selaksa doa yang sulit dilogika, namun doa selalu kta haturkan dengan jutaan asa
oooooooOOOOOuw . . . cinta ^_^
______________________
kami gantungkan seluruh harap dan pinta hanya kepada Yang Empunya Kuasa,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar